Mutiara hikmah yang akan saya ulas dalam tulisan kali ini adalah bentuk dari pesan-pesan kehidupan yang merupakan implementasi dari makna hikmah itu sendiri.
Dalam islam, hikmah berarti ucapan dan perbuatan yang sesuai dengan nilai kebenaran dan realitas. Meskipun ada banyak tafsiran tentang makna dari hikmah ini, namun inti dari hikmah adalah kesesuaian antara aktivitas
kehidupan dengan nilai kebenaran.
Disinilah kemudian para ulama dan fuqaha mendefinisikan hikmah sebagai syariat dan ilmu-ilmu agama. Syariat dan ilmu inilah yang kemudian akan membimbing manusia menuju paripurna kehidupan yang sejati. Lantas seperti apakah hidup yang paripurna itu? apakah hidup yang mengalir begitu saja ataukah hidup yang dipenuhi dengan tujuan atau visi?
Banyak orang berkata hidup itu mengalir saja seperti air, pada akhirnya akan sampai juga ke lautan. Namun benarkah seperti itu? Benarkah semua air yang mengalir akan sampai ke sana? Tidak semua air kalau dibiarkan akan mengalir ke laut.
Seperti halnya air, aliran hidup kita pun harus senantiasa diarahkan agar tidak salah arah, agar tidak berhenti pada titik yang salah, dan yang terpenting agar sampai kepada tujuan hidup yang sebenarnya. Proposal kehidupan adalah salah satu cara untuk bisa mengarahkan hidup kita menggapai jati diri yang sebenarnya.
Kita harus menyusun proposal hidup untuk beberapa tahun ke depan, termasuk pencapaian dan lompatan-lompatan hidup yang akan dituju. Seterperinci mungkin, sedetail mungkin, sedemikian rupa sehingga arah hidup menjadi jelas.
Proposal itu dibuat untuk menuntun kita menggapai prestasi tertinggi yang bisa dibanggakan di depan Tuhan, bukan di mata manusia.
Kita tidak akan mampu meraih keberhasilan hidup jika menyerahkannya kepada orang lain. Karena diri kita lah yang menentukan hidup kita, yang akan menjalaninya dalam kesendirian ataupun kebersamaan.
Tanpa arah dan tujuan, kita takkan mampu menciptakan kompas kehidupan yang akan mununtun perjalanan kita, tahap demi tahap, menggapai puncak destinasi sebagai manusia yang berarti.
Mencari kebenaran? ya, setiap manusia menginginkan hal tersebut. Dengan adanya berbagai problematika dan keberagaman persepsi membuat kita penasaran seperti apa kebenaran akan sesuatu yang memiliki nilai kebenaran yang mutlak?
Namun berbicara tentang kebenaran saya hanya mengenal dua kebenaran mutlak, dan sisanya adalah relatif. “Kebenaran akan adanya Tuhan dan ciptaanNya”.
Begitulah kira-kira. Dengan menemukan dan memahami makna kebenaran serta membimbing arah hidup kita, maka jalan kita akan semakin mudah dan
indah, bukan berarti tanpa cobaan, namun setiap cobaan pasti akan berhasil kita lewati.
Dalam Al-quran surat al-kahfi ayat 65, disebutkan “Seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”
Ayat ini menjelaskan bagaimana nabi Musa as seorang Rasul pilihan Tuhan dan termasuk RasulUlul Azmi yang diberikan mukzizat, namun masih melakukan pengembaraa untuk menemukan guru kehidupan beliau (nabi Khidir), yang dalam hadis disebutkan bahwa hamba yang dimaksud dalam ayat 65 tersebut adalah nabi Khidir as.
Lantas pelajaran kehidupan seperti apakah yang diberikan Khidir kepada Musa, sehingga nama Khidir diabadikan dalam Al-Quran?
Pelajaran yang diberikan oleh Khidir kepada Musa adalah hikmah atau ilmu tentang hidup. Dalam pertemuan mereka, Khidir berkata kepada Musa Wahai pencari ilmu, sesungguhnya orang yang berbicara tidak lebih mudah jemu daripada orang yang mendengarkan. Maka janganlah kau buat orang-orang yang ada disekitarmu menjadi jemu ketika engkau berbicara kepada mereka.
Ketahuilah bahwa hatimu merupakan bejana. Kenalilah dunia dan buanglah ia dibelakangmu, karena dunia bukan merupakan tempat tinggalmu, dan apa yang ditetapkan bagimu tidak ada di sana. Dunia dijadikan sebagai perantara hidup hamba, agar mereka mencari bekal darinya untuk tempat kembali. Hai Musa , letakkanlah dirimu pada kesabaran, tentu engkau akan selamat dari dosa.
Wahai Musa, pusatkanlah minatmu pada ilmu kalau memang engkau menghendakinya. Sesungguhnya ilmu itu bagi orang yang berminat kepadanya. Janganlah engkau menjadi mudah kagum kepada perkataan yang disampaikan panjang lebar, karena banyak perkataan mendatangkan aib bagi orang yang berilmu dan dapat membocorkan rahasia yang mestinya ditutupinya. Tetapi semestinya engkau berkata sedikit karena yang demikian itu termasuk taufiq dan kebenaran.
Berpalinglah dari orang bodoh dan bersikaplah secara lemah lembut terhadap orang yang dungu, karena yang demikian itu merupakan kelebihan para ahli hikmah dan hiasan orang-orang yang berilmu. Jika ada orang bodoh yang mencacimu , diamlah di depannya lalu menyingkir dari sisinya secara hati-hati karena kelanjutannya tetap menggambarkan kebodohannya terhadap dirimu dan caciannya akan semakin bertambah gencar dan banyak.
Demikianlah beberapa nasehat dari Khidir kepada Musa yang sekiranya bisa menjadi bahan renungan dalam menjalani hidup dan sebagai penutup sajian mutiara hikmah kali ini. Jika anda membutuhkan beberapa muhasabah hati bacalah
kata kata mutiara yang ada dalam blog pencerahan ini. hehehe. Sekian wassalam.
Belum ada tanggapan untuk "Mutiara Hikmah Kehidupan Islami"
Posting Komentar